Briket
BRIKET
Briket adalah sebuah blok bahan
padat yang dapat dibakar untuk digunakan sebagai bahan bakar alternatif
sedangkan briket arang adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran
tertentu, yang tersusun dari partikel arang halus yang telah mengalami proses
pemampatan dengan daya tekan, agar bahan bakar tersebut lebih mudah ditangani
dalam pemanfatannya (Purnama dkk, 2012).
Mekanisme karbonisasi biomassa atau
pengarangan adalah suatu proses untuk menaikan nilai kalor biomassa dan
dihasilkan pembakaran yang bersih dengan sedikit asap. Proses karbonisasi
merupakan suatu proses pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan organik
dengan jumlah oksigen yang sangat terbatas, yang menghasilkan arang serta
menyebabkan penguraian senyawa organik yang menyusun struktur bahan membentuk
uap air matanol, uap-uap asam asetat dan hidrokarbon (Suryani dkk, 2010). Hasil
karbonisasi adalah berupa arang yang tersusun atas karbon dan berwarna hitam.
Menurut Himawanto (2005), mekanisme pembakaran biomassa terdiri dari tiga tahap
yaitu pengeringan (drying), devolatilisasi
(devolatillization), dan pembakaran
arang (char combustion) yaitu :
1. Pengeringan (drying)
Dalam proses ini bahan bakar mengalami proses kenaikan
temperatur yang akan mengakibatkan menguapnya kadar air yang berada pada
permukaan bahan bakar tersebut.
2.
Devolatilisasi
(devolatillization)
Setelah proses pengeringan, bahan
bakar mulai mengalami dekomposisi yaitu pecahnya ikatan kimia secara termal dan
zat terbang (volatile matter) akan
keluar dari partikel.
3.
Pembakaran
arang (char combustion)
Sisa dari karbonisasi adalah arang
(fixed carbon) dan sedikit abu,
kemudian partikel bahan bakar mengalami tahapan oksidasi arang yang memerlukan
70% - 80% dari total waktu pembakaran (Harwin dkk, 2007). Menurut
Nursyiwan dan Nuryetti (2005), syarat briket yang baik
adalah briket yang permukaannya halus dan tidak meninggalkan bekas hitam
ditangan.
Sebagai bahan bakar briket harus
memenuhi kriteria yaitu mudah menyala, tidak mengeluarkan asap, emisi gas hasil
pembakaran tidak mengandung racun, Kedap air dan hasil pembakaran tidak
berjamur bila disimpan pada waktu lama.dan menunjukkan upaya laju pembakaran
(waktu laju pembakaran dan suhu pembakaran yang baik).
Briket arang merupakan bahan bakar
padat yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif yang mempunyai
bentuk tertentu. Proses pembriketan adalah proses pengolahan karbon hasil
karbonisasi yang mengalami perlakuan penggerusan, pencampuran bahan baku,
pencetakan dan pengeringan pada kondisi tertentu, sehingga diperoleh briket
yang mempunyai bentuk, ukuran fisik dan sifat kimia tertentu. Tujuan dari
pembriketan adalah untuk meningkatkan biomassa sebagai bahan bakar, mempermudah
penanganan dan transportasi serta mengurangi kehilangan bahan dalam bentuk debu
pada proses pengangkutan (Thoha dkk, 2010).
Menurut Jamilatun (2008)
faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik pembakaran biobriket yaitu laju
pembakaran biobriket semakin tinggi dengan semakin tingginya kandungan senyawa
yang mudah menguap (volatile matter)
dan biobriket dengan nilai kalor yang tinggi dapat mencapai suhu pembakaran
yang tinggi dan pecapaian optimumnya cukup lama.
Briket arang memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan arang yaitu bentuk dan ukuran seragam, karena briket
bioarang ini dibuat dengan alat pencetak khusus yang bentuk dan besar kecilnya
bisa diatur sesuai yang dikehendaki, tidak berasap (jumlah asap kecil sekali)
dibanding arang biasa dan mempunyai panas pembakaran yang tinggi dibandingkan
arang biasa.
Menurut Fachry dkk (2010)
faktor-faktor yanga perlu diperhatikan didalam pembuatan briket yaitu:
1. Bahan baku
Briket dapat dibuat dari
bermacam-macam bahan baku, seperti ampas tebu, sekam padi, serbuk gergaji, dan
lain-lain. Bahan utama yang harus terdapat di dalam bahan baku adalah selulosa.
Semakin tinggi kandungan selulosa semakin baik kualitas briket, briket yang
mengandung zat terbang yang terlalu tinggi cenderung mengeluarkan asap dan bau
tidak sedap.
2. Bahan perekat
Untuk merekatkan partikel-partikel
zat dalam bahan baku pada proses pembuatan briket, maka diperlukan zat pengikat
sehingga dihasilkan briket yang kompak.
Badan Standarisasi Nasional (2000)
briket arang yang memenuhi standar sebagai bahan bakar dilihat dari kadar air,
kadar zat menguap (volatile matter),
kadar abu dan nilai kalor. Kualtias standar briket arang dapat dilihat pada
Tabel 2 dan standar kualitas briket arang beberapa negara dapat dilihat pada
Tabel 3..
Tabel 2. Briket Arang di Pasaran Berdasarkan SNI
01-6235-2000
Jenis uji
|
Satuan
|
Persyaratan
|
Kadar Air
|
%
|
Maksimum 8
|
Kadar Abu
|
%
|
Maksimum 8
|
Karbon Terikat
|
%
|
64-67
|
Nilai Kalor
|
Kal/gram
|
Minimum 5000
|
Kadar Zat Menguap
|
%
|
Maksimum 15
|
Sumber :
Badan Standarisasi Nasional (SNI) 01-6235-2000
Tabel 3. Standar Nilai Briket Arang Dunia
Sifat-sifat
|
Standar Mutu Briket
|
||
Inggris
|
Jepang
|
USA
|
|
Kadar Air (%)
|
3-4
|
6-8
|
6
|
Kadar Abu (%)
|
8-10
|
5-7
|
16
|
Karbon Terikat (%)
|
75
|
60-80
|
60
|
Nilai Kalor (kal/gram)
|
5870
|
5000-6000
|
4000-6500
|
Kadar Zat Menguap (%)
|
16,5
|
15-30
|
19-28
|
Sumber
: (Sinurat, 2011)
Briket
arang berfungsi sebagai pengganti bahan bakar minyak, baik itu minyak tanah
maupun elpiji. Biomassa ini merupakan sumber energi masa depan yang tidak akan
pernah habis, bahkan jumlahnya bertambah, sehingga sangat cocok sebagai sumber
bahan bakar rumah tangga.
Teknik pembuatan briket arang
terdiri dari dua tahap yang berbeda prinsipnya, yaitu proses
pengarangan/karbonisasi limbah kayu menjadi serbuk arang dan proses pencetakan
serbuk arang menjadi briket arang dengan cara dikempa. Pembuatan briket arang
dari limbah pertanian dapat dilakukan dengan menambah bahan perekat, dimana
bahan baku diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat,
dicetak dengan sistem hidrolik maupun manual dan selanjutnya dikeringkan
(Apriani, 2015). Kualitas briket bioarang juga ditentukan oleh bahan pembuat/penyusunnya,
sehingga mempengaruhi kualitas nilai kalor, kadar air, kadar abu, kadar bahan
menguap, dan kadar karbon terikat pada briket tersebut (Hartoyo dan Roliandi,
1976).
Menurut Schuchart, dkk (1996)
pembuatan briket dengan penggunaan bahan perekat akan lebih baik hasilnya jika
dibandingkan tanpa menggunakan bahan perekat. Disamping meningkatkan nilai
bakar dari bioarang, kekuatan briket arang dari tekanan luar juga lebih baik
(tidak mudah pecah). Sifat briket yang baik yakni tidak berasap dan tidak berbau
pada saat pembakaran.
0 Response to "Briket"
Post a Comment
Terimakasih Sudah Mengunjungi Blog Ini, Silahkan Tinggalkan Komentar!