Bahan Perekat
BAHAN PEREKAT
Perekat adalah suatu zat atau bahan
yang memiliki kemampuan untuk mengikat dua benda melalui ikatan permukaan.
Berdasarkan fungsi dari pengikat dan kualitasnya, pemilihan bahan pengikat
dapat dibagi sebagai berikut :
1. Berdasarkan sifat atau bahan perekat briket
Karakteristik bahan baku perekatan
untuk pembuatan briket adalah sebagai berikut: (Thoha dkk, 2010)
a) Mudah
terbakar dan tidak berasap
b) Mudah didapat dalam jumlah
banyak dan murah harganya.
c) Tidak mengeluarkan bau, tidak
beracun dan tidak berbahaya
2. Berdasarkan jenis
Jenis bahan baku yang umum dipakai
sebagai pengikat untuk pembuatan briket, yaitu:
a) Pengikat anorganik
Pengikat anorganik dapat menjaga
ketahanan briket selama proses pembakaran sehingga dasar permeabilitas bahan
bakar tidak terganggu. Pengikat anorganik ini mempunyai kelemahan yaitu adanya
penambahan abu yang berasal dari bahan pengikat sehingga dapat menghambat
pembakaran dan menurunkan nilai kalor. Contoh dari pengikat anorganik antara
lain semen, lempung dan natrium silika.
b) Pengikat organik
Pengikat organik menghasilkan abu
yang relatif sedikit setelah pembakaran briket dan umumnya merupakan bahan
perekat yang efektif. Contoh dari pengikat organik antara lain tepug kanji,
tepung sagu, tar, amilum, molase dan parafin.
Penggunaan bahan perekat
dimaksudkan untuk menahan air dan membentuk tekstur yang padat atau mengikat
dua substract yang direkatkan. Dengan adanya perekat maka susunan partikel
makin baik, teratur dan lebih padat sehingga dalam proses pengempaan keteguhan
tekanan arang briket akan semakin baik. Dalam penggunaan perekat harus
memperhatikan faktor ekonomi maupun non ekonominya (Silalahi dalam Noldi,
2009).
Butir-butir arang dapat disatukan
dan dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Namun permasalahannya terletak pada jenis
perekat yang akan dipilih. Penentuan bahan perekat yang digunakan sangat
berpengaruh terhadap kualitas briket ketika dibakar dan dinyalakan. Faktor
harga dan setiap bahan perekat memiliki daya lekat yang berbeda-beda
karakteristiknya (Sudrajat, 1983).
Tepung tapioka umumya digunakan
sebagai bahan perekat karena banyak terdapat dipasaran dan harganya relative
murah. Perekat ini dalam penggunaanya menimbulkan asap yang relatif sedikit
dibandingkan dengan bahan lainnya. Perekat dalam pembuatan briket bioarang
berpengaruh pada kualitas briket. Apabila jumlah briket tidak sesuai dengan
komposisi biomassa, maka ketika briket tersebut dicetak hasil cetakkan akan
terlalu kering dan mudah hancur. Pencampuran perekat yang tidak merata
menyebabkan cetakkan patah-patah ketika keluar dari cetakkan briket (Muzi dan
Surahma, 2014).
Tabel 4. Komposisi Kimia Tepung Tapioka
Komposisi
|
Jumlah (%)
|
Air
|
9.0
|
Proton
|
1,1
|
Lemak
|
0,5
|
Abu
|
0,9
|
Sumber :
Purwanita, 2013
Menurut Tano (1997) tepung bila
diproses secara hidrolis, dinding sel tepung berangsur-angsur akan membentuk
gelatin karena molase dari tepung
mengubah sifat dirinya menjadi kolodial dan kemudian terbentuik pasta, sifat
ini disebut gelatinisasi. Terbentuknya gelatinisasi untuk tepung tapioka
memerlukan panas sekitar 60-64°C.
Tapioka merupakan salah satu sumber
karbohidrat yang ketersediaannya cukup melimpah khususnya di daerah yang
memiliki usaha perkebunan singkong. Sebagai sumber karbohidarat, tapioka juga
memiliki pati yang terdiri dari amilosa dan amilopektin yang menjadikannya
mampu mengikat karbon-karbon dalam briket arang. Pati tersusun dari dua macam
karbohidrat yaitu amilosa dan amilopektin dalam komposisi yang berbeda-beda.
Amilosa memberikan sifat keras sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket.
Tapioka adalah pati dengan bahan baku singkong dan merupakan salah satu bahan
untuk keperluan industri makanan, perekat dan lain-lain (Thoha dkk, 2010).
0 Response to "Bahan Perekat "
Post a Comment
Terimakasih Sudah Mengunjungi Blog Ini, Silahkan Tinggalkan Komentar!